Betong, Kota yang istimewa di Selatan Thailand
Muna-Fara-Chyntia |
“Hai Far, libur minggu ini mau kemana?” Salah satu temanku bertanya saat jam istirahat makan siang.
“Belum tau nih, mau kemana minggu ini.” Jawabku.
“Ooh kalau gitu, pergi ke rumahku saja, di Betong.”
“Hah, Betong.. dimana tuh?”
Kurang lebih seperti itu arti dari percakapanku dan teman Thailandku saat itu. Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin pergi ke rumah temanku yang satu ini, tetapi dia selalu sibuk dan tidak sempat menemaniku jalan-jalan. Akhirnya aku memutuskan untuk mengisi libur minggu ini dengan pergi ke Betong.
Pernahkah kamu mengunjungi kota yang gemerlap saat malam hari dan tenang saat siang hari? Ada satu kota di selatan Thailand yang seperti itu. Kota itu terletak di Provinsi Yala, namanya Kota Betong.
Ini tulisannya Ayam Betong. Jadi di Betong itu ada patung ayam raksasa dan menjadi salah satu ikon Kota Betong. |
Maka sore itu dengan persiapan yang sangat sedikit, kami berangkat menuju Betong. Dari beberapa pilihan transportasi, kami memutuskan untuk naik taksi antar kota khas Thailand Selatan. Taksi disini agak sedikit berbeda, kurang lebih seperti taksi-taksi gelap di Indonesia.
Kami naik taksi dari terminal kecil di Yala. Di terminal kecil itu ada beberapa taksi dengan tujuan yang berbeda-beda. Taksi disini bentuknya seperti mobil sedan kecil zaman dahulu. Sebenarnya mobil itu hanya cukup untuk 4 orang, tetapi saat itu ada 7 orang yang menaiki mobil itu.
Kata temanku, untuk sampai di Betong membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Selama menuju Betong, jalanan yang kami lalui sangat berliku-liku. Ditambah saat itu sudah malam, jadi jalanannya sangat gelap. Di kanan dan kiri hanya ada pepohonan rindang dan sesekali tebing di tepi jalan. Saat sudah setengah perjalanan, mobil yang kami tumpangi berhenti di warung pinggir jalan untuk beristirahat sebentar.
Kami sampai di Betong pukul 22.30. Saat sudah dekat dengan Betong, jalanan berubah yang tadinya berliku-liku dan menanjak menjadi menurun dan lurus. Di kanan kiri jalan mulai terlihat rumah-rumah kecil berbaris rapi. Lampu jalan mulai banyak terlihat. Saat itu pukul 22.30, Kota Betong masih ramai oleh kendaraan yang berlalu-lalang.
Malam ini, aku menginap di rumah temanku. Letak rumahnya dekat dengan pusat kota. Disebelah rumahnya ada warung mie khas Thailand. Aku memesan yang rasa Tom Yam Kung. Tom Yam Kung adalah sup khas Thailand yang berisi udang besar/lobster. Namun karena ini dalam versi mie, jadi ada sedikit perbedaan rasa yang ketara.
Tom Yam Kung mie version |
Kalau kamu ingin pergi ke Betong, kusarankan untuk membawa kendaraan pribadi. Karena disini tidak ada kendaraan umum. Selain itu, ada banyak tempat wisata bagus yang letaknya cukup jauh dari pusat kota.
Betong mempunyai berbagai tempat yang sangat menarik. Salah satunya adalah terowongan yang bernama Betong Mongkolit Towel. Terowongan ini bukan terowongan biasa. Terowongan itu dihiasi oleh lampu berwarna-warni yang menjulur dari atas hingga bawah, sehingga mempercantik penampilan terowongan. Biasanya terowongan ini menjadi tempat berkumpulnya anak muda Thailand.
Di dekat terowongan itu ada berbagai sarana prasarana masyarakat yang menjadi tempat wisata. Salah satunya adalah taman kota. Taman Kota Betong terletak di atas bukit kecil dan melingkari bukit itu, jadi bentuknya seperti bertingkat-tingkat. Di tingkat taman yang paling atas ada sebuah tempat duduk melingkar yang ditengahnya cukup luas untuk melakukan sebuah pertunjukan kecil-kecilan. Kalau malam hari, tempat itu cocok untuk mengamati bintang.
Yang istimewa dari Kota Betong adalah saat malam hari. Disana setiap petang hingga malam hingga keesokan paginya, ada burung-burung yang hinggap di kabel listrik. Biasanya mereka datang saat matahari sudah mulai terbenam, dan akan hilang saat matahari mulai muncul. Disetiap jalan, disetiap perempatan pasti akan kamu temui burung-burung kecil ini. Saking banyaknya, sampai ada orang yang mengatakan “Kamu belum pergi ke Betong kalau belum terkena tahi burung”. Tapi kalimat itu ada lanjutannya “Kamu belum pergi ke Betong kalau belum terkena tahi burung. Nah, yang belum kena, bisa datang lagi ke Betong. Dan yang sudah kena harus datang lagi ke Betong, karena belum terkena 2 kali.”. Burung-burung itu dengan sendirinya hinggap diatas kabel listrik sehingga menambah daya tarik wisata Kota Betong.
Selain itu di Betong banyak sekali cafe/tempat makan untuk ngumpul anak muda. Mulai dari yang paling mahal hingga sangat murah, dari yang tempatnya hanya sebesar rumah kontrakan hingga yang besarnya tak terbatas. Yang kumaksudkan dari tak terbatas adalah, disini banyak sekali pedagang kaki lima yang menjual makanan khas Thailand. Yang kucoba kemarin salah satunya bernama Lu’cing. Lu’cing ini bentuknya bermacam-macam. Yang paling populer adalah yang berbentuk seperti bakso tusuk dan sosis. Cara memakannya, biasanya lu’cing ini dibakar dulu di atas arang selama kurang lebih 5 menit, kemudian dicelupkan ke dalam saus khusus lu’cing, saus kesukaan orang Thailand adalah yang rasanya sedikit pedas dan asam.
Pagi hari di Betong pun rasanya tak kalah menakjubkan. Saat pagi, udara disini rasanya dingiin sekali. Burung-burung yang tadinya hinggap di kabel listrik pun sudah pergi tak tahu kemana. Masyarakat Betong memulai aktivitasnya pukul 8. Sehingga aku yang saat itu bangun pukul 6 masih bisa menikmat udara segar khas pegunungan, karena Betong terletak di antara gunung-gunung.
Ini ngambil foto dari atas bukit, jam 7 pagi. Disana jam 7 pagi masih ada kabut dan belum terlalu banyak aktivitas dimulai. |
Memang ya, sesuatu yang indah itu memerlukan perjuangan untuk mencapainya. Ya, untuk menuju ke Betong sendiri membutuhkan waktu selama 4 jam melewati jalan yang berliku-liku karena melewati pegunungan. Namun semua rasa lelah dan pusing saat melewatinya terbayar sudah saat sampai di Betong. Betong itu kota kecil yang sederhana. Dengan segala kesederhanaannya kota itu istimewa.
Comments
Post a Comment