Fathoni Darussalam: Sebelum adanya wilayah Pattani

Masjid Kerisik, Pattani


    Dahulu kala, sebelum adanya Negara Thailand ini, wilayah Pattani merupakan sebuah kerajaan besar bernama Fathoni Darussalam. Kerajaan ini mempunyai wilayah yang cukup besar dan juga mempunyai sumber daya alam yang cukup banyak. Sistem pemerintahan Kerajaan Fathoni Darussalam dibuat mirip dengan sistem pemerintahan Arab. Oleh karena itu, Kerajaan ini dipimpin oleh seorang Khalifah. Hukum yang diterapkan oleh Kerajaan ini pun sama seperti hukum yang ada di Arab. Contohnya seperti kalau ada orang yang ketahuan mencuri sesuatu, makan tangannya dipotong. Semuanya berjalan sesuai syariat dan hukum Islam. Oleh karena itu juga, Fathoni Darussalam dijuluki Serambi Mekkah oleh masyarakat luar.

    Dulu banyak sekali syekh dan ulama tinggal disana. Sehingga banyak masyarakat diluar dari kerajaan datang ke Fathoni Darussalam untuk mencari ilmu disana. Sebagian besar dari mereka datang dari Yaman, Suriah, dan Irak.

    Lalu, kenapa sekarang Kerajaan Fathoni Darussalam sudah tidak beroperasi lagi? Nah, kamu tahu tentang Indonesia yang dijajah oleh Belanda dan Malaysia yang diajajh oleh Inggris. Nah, Fathoni Darussalam dulu dijajah oleh Thailand. Namun saat itu Thailand tidak bernama Thailand. Saat itu ada sebuah kumpulan Budha dari Myanmar dan Thailand bagian atas. Komunitas itu mempunyai misi untuk memperluas wilayah kekuasaan, jadilah mereka mulai menjajah Kerajaan Fathoni Darussalam. Mereka tidak pandang bulu saat menjajah. Semua orang dijajah dan dibantai, baik orang tua atau muda, lelaki atau perempuan.

    Ada satu waktu dimana mereka membawa orang-orang tua pergi ke Bangkok. Saat itu semua kaki orang tua diikat dengan bambu, mulai dari orang tua paling depan hingga orang tua paling belakang, sehingga membentuk sebuah barisan yang panjang sekali. Lalu, para orang tua itu diharuskan berjalan menuju Bangkok yang jaraknya beribu-ribu meter.

    Selain itu mereka membawa meriam kebanggaan Kerajaan Fathoni Darussalam. Meriam itu ada 2 buah. Yang pertama merupakan meriam milik laki-laki Fathoni, dan yang satunya lagi merupakan meriam milik perempuan Fathoni. Di tengah perjalanan, mereka semua melewati danau besar di daerah Songkhla. Di danau itu, pasukan Thailand menyuruh untuk membuang meriam laki-laki ke dalam danau. Beberapa dekade kemudian, pasukan Thailand mencoba mencari meriam itu. Tetapi meriam itu belum juga ditemukan hingga sekarang.

    Sesampainya di Bangkok, para orang tua itu harus menggali tanah untuk membuat sungai. Mereka disuruh menggali hingga menemukan mata air. Air pertama yang keluar dari mata air berwarna merah karena darah yang berasal dari tangan mereka. Oleh karena itu ada beberapa masyarakat yang menyebut sungai itu dengan nama sungai kepedihan.

    Jika kamu pergi ke Bangkok dan menemukan daerah yang dihuni oleh manyak orang muslim, mungkin itu merupakan anak cucu dari para orang tua tadi.

    Lalu, bagaimana dengan meriam itu? Meriam perempuan itu sekarang ada di depan Gedung Musyawarah di Bangkok. Katanya, sekarang meriam itu bergetar seakan ingin meletus. Meriam itu akan berhenti bergetar jika tanah dari wilayah Fathoni diletakkan dibawahnya. Ada satu pembicaraan yang mengatakan bahwa suatu saat nanti Fathoni Darussalam akan merdeka lagi. Saat itu meriam laki-laki yang tenggelam akan naik ke permukaan, dan meriam perempuan akan kembali ke tempat tempat asalnya.

Comments

Popular Posts